Menerima cahaya yang entah dari mana sumbernya,
Rapat, pintu itu ditutup,
Hanya kerana silamnya, melukai tuannya...
Namun,
Ada tangan yang mampu membukanya,
Tangan dari kaum terlarang,
Tangan dari kaum yang pernah menutupnya dahulu,
Hanya dengan satu pandangan, pintu hatiku di bukanya luas...
Cinta,
Entah berapa lama aku tidak merasanya,
Cinta darinya, dari kaum terlarang itu,
Cinta yang penuh dengan segala rasa...
Namun siapa sangka,
Ia lahir untuk aku, seorang yang tegar,
Seorang yang putus harapan,
Lahir, sebelum aku sedia menyambutnya...
Ha... blur sekejap.... Sambung...
Masa terus aku biarkan, kerana aku sangsi dengan perasaan ini,
Ya, ada rindu, dan barangkali ada sayang, siapa tahu, mungkin ada cinta,
Emosional aku menyokongnya namun tidak kepada rasional,
Kerna itu gayaku, mencari nisbah, agar ia seimbang...
Jika aku kata, pasti mereka anggap ia emosional,
Namun ia adalah sepakat dari rasional,
Ia adalah ikatan antaranya,
Rasional dan emosional, pertama kali, aku mahu mencari nisbahnya,
Dan pertama kali, aku mampu mendapatkan nisbahnya...
Dan inilah aku sekarang, si penerima...
Cahaya yang terang,
Cahaya yang membuka hatiku,
Yang menerangi segala isinya,
Sehingga dapat melihat segala bahagiannya,
Harapanku, cahaya itu kekal selamanya di hatiku...
Seperti hari ini, di saat ini, kekal selamanya...
Kerna ini, terakhir, untuk hatiku...
Malam itu, rasional dan emosional datang bertandang. Bersama aku, sepakat, seperti ada dihujungnya yang selari bertemu. Aku menerima, dia menerima. Kami tersenyum dan pada itu... bermulalah kisah baru... Kisah antara kami...
Penamatnya, hah, siapa saja tahu... kamu? tidak... Aku? juga tidak... Dia? haha, mana mungkin... ya hanya Dia... Tuhan yang satu... yang melahirkan rasa ini... untuk aku dan dia...